Seorang
kerabat pernah berkata, "jodoh mah jorok, kita bisa
ketemu mereka di mana aja." Dulu aku tidak begitu memikirkan hal tersebut,
sampai pada akhirnya aku mengalaminya sendiri.
Tiga
tahun lalu, seperti yang teman-teman (read : yang suka baca blog ini) tau, aku
dan beberapa teman berlibur ke Malang. Nah di sana, kami bertemu dengan orang
yang berada di foto atas, kenalkan namanya Hamidiyawan, dia waktu itu jadi
tourgide kami selama di Bromo (yang kami extend selama di Malang) akibat sikap
dia yang friendly dan charming hehehe.
Singkat
cerita, aku dan mas Hamid ini masih intens komunikasi meskipun aku sudah di
Bandung, kedekatan kami saat itu cukup menimbulkan beberapa drama di hidupku
(yang nggak akan aku bahas di sini). Kurang lebih kami intens komunikasi selama
1 tahun, setelah itu kami sama sekali tidak pernah berkomunikasi, aku dan dia
seperti dua orang yang tidak pernah bertemu sebelumnya, seperti dua orang yang
tidak pernah saling mengenal. Oh iya, saat itu pun akhirnya dia memiliki
kekasih.
Pada
tahun 2015, setelah lebaran (aku lupa tepatnya hari ke berapa), tiba-tiba tanpa
ada angin apa-apa mas Hamid menelfon ke handphone ku yang
bahkan saat itu sudah tidak ada nama dia di contact ku. Hari itu aku bercerita
bahwa aku akan melanjutkan sekolah dan kemungkinan akan kembali datang ke
Malang untuk melakukan kerja praktek. Setelah hari itu, mas Hamid mulai sering
terlihat lagi di media sosial ku, ntah hanya posting biasa atau mengomentari
postinganku.
Bulan-bulan
selanjutnya berlalu tanpa ada kejadian apapun, sampai akhirnya pada sekitar
bulan April-Mei 2016, aku menghubunginya kembali untuk bilang kalau aku jadi
berangkat ke Malang, saat itu tujuannya memang karena ya hanya untuk memberi
info dan meminta bantuan untuk acara liburan ku dan teman-teman selama di
Malang. Saat itu aku sama sekali tidak (mau) berharap aneh-aneh, ya jujur
drama-drama di tahun 2013-2014 cukup membuatku belajar dan menjadi lebih
waspada, hehe.
Sampai
lah saatnya aku berada di Malang, selama dua minggu di sana, aku dan dia sempat
bertemu sebanyak 3 kali. Komunikasi selama di Malang pun terjaga dengan baik. Beberapa
teman yang mengetahui cerita lengkapnya pun memberikan pendapat yang berbeda,
ada yang mendukung namun ada juga yang mengingatkanku untuk berhati-hati.
Setelah 2 minggu berada di Malang, akhirnya sampai pada hari untuk aku kembali
ke Bandung, ketakutan itu muncul lagi. Aku yang sudah kembali nyaman dengan
keberadaan dia di keseharianku, di hidup ku harus bersiap kalau-kalau someday kami akan kembali menjadi dua
orang asing dan tanpa ada kejelasan apapun sebelumnya.
Namun
mungkin Allah berkata lain, Mas Hamid akhirnya menyampaikan niat nya untuk
menikah denganku. Apa perasaan ku saat itu? Jelas kaget, dan mungkin sedikit
tidak yakin. Ya aku tidak yakin dengan apa yang dia ungkapkan, aku takut dia
berkata seperti itu hanya karena sedang terbawa suasana (karena kami sedang
sama-sama sendiri dan habis bertemu secara cukup intens di Malang). Dalam
keadaan itu aku selalu berdoa untuk diberikan kejelasan, diberikan keyakinan
jika iya memang dia orang yang tepat untuk ku, memang orang yang selama ini aku
tunggu.
Ternyata
Allah menjawab doa ku, makin ke sini aku semakin yakin tentang dia, tentang
kami. Kami memang sangat jarang bertemu, untuk bertemu satu bulan sekali saja
rasanya sudah bersyukur. Komunikasi pun tidak seintens aku dengan
mantan-mantanku dulu. Tapi rasa yakin itu tetap ada, rasa percaya ku pada dia
juga datang begitu saja. Keyakinan ku ini pun akhirnya membuatku mudah untuk menceritakan
hubungan kami secara detail pada orang tua, mengenai niat kami yang memang
serius dan memang sudah terpikirkan untuk melangkah lebih jauh. Keyakinan ini
juga yang membuatku lebih percaya diri untuk menjalin komunikasi dengan
keluarganya, dengan adik-adiknya, bahkan dengan ibunya. Keyakinan ini membuatku
melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah aku lakukan dengan
mantan-mantanku sebelumnya.
Hubungan
kami memang baru seumur jagung, kami masih harus banyak sama-sama belajar
mengenai diri masing-masing. Kami masih harus sama-sama beradaptasi dengan
hubungan jarak jauh ini, masih harus belajar untuk memahami perbedaan karakter
kami masing-masing. Namun di balik itu semua, aku bersyukur dipertemukan
dengannya, diberikan kesempatan kedua untuk bertemu dengannya. Kami memang
belum tau kedepannya akan seperti apa, kami hanya bisa berdoa semoga niat baik
kami diberikan jalan oleh Allah.
Terima
kasih sudah meluangkan waktu sampai akhirnya kita bisa bertemu.
Terima
kasih sudah meluangkan dan melakukan perjalanan 390km hanya untuk bertemu
denganku.
Terima
kasih sudah percaya dan menjaga kepercayaan ku selama ini.
Maaf
kalau aku masih banyak kurangnya.
Maaf
kalau aku masih bandel dan susah di bilangin.
Mohon
untuk terus mengingatkan,
Saling
mengingatkan, untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi pasangan yang
lebih baik lagi. Membuat hubungan ini menjadi hubungan yang lebih baik dan
lebih kuat.
Terima
kasih, A Iya.
I
miss you.
With
Love,
Seruni.