![]() |
picture from Tumblr.com |
"I'd learned how much happiness money can bring you. Very little."
- Rick Pitino
Di luar sana masih banyak, --terlalu banyak-- orang yang menganggap uang itu segalanya, uang itu disamakan dengan kebahagian. Memang agak sulit untuk merubah paradigma ini, apalagi di Negara kita, Indonesia. Di sini uang masih jadi tolak ukur seseorang itu sukses atau tidak, seberapa banyak pendapatan seseorang masih menentukan 'derajat' orang tersebut. paham kan maksudnya? Banyak perusahaan-perusahaan terus menerus meningkatkan upah untuk para pekerjanya dengan harapan kepuasan kerja mereka pun akan meningkat, yang otomatis akan meningkatkan juga produktifitas kerja (kalau tidak yakin boleh googling saja, sudah banyak jurnal atau penelitian membahas hal ini). Bahkan Pemerintah sempat berencana untuk menaikan gaji PNS dan Pegawai Pemerintah lainnya untuk menghilangkan korupsi. Mungkin mereka belum pernah dengar pepatah ini, "sekecil apapun pendapatan pasti cukup untuk biaya hidup. Sebesar apapun pendapatan tidak akan pernah cukup untuk membeli gaya hidup." Ada hal yang saya alami sendiri, semakin besar pendapatan saya, semakin besar juga pengeluaran yang diperlukan (diinginkan), ya itu lah bedanya biaya hidup dengan gaya hidup.
Sebenarnya, masih ada hal yang lebih penting daripada uang. Uang itu cuma sebagian kecil dari banyaknya indikator yang membuat kita bahagia. Bahkan salah satu tokoh Psikologi Humanistik, Abaraham Maslow menjelaskan mengenai hirarki kebutuhan manusia;
1. Kebutuhan Fisiologis : makan, minum, tempat tinggal, dll.
2. Kebutuhan Keamanan
3. Kebutuhan Cinta, Sayang, dan Kepemilikan
4. Kebutuhan Esteem : penghargaan diri.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri,
dan Bapak Psikologi yang satu ini juga mengatakan bahwa seseorang tidak akan naik ke kebutuhan di atasnya apabila kebutuhan di bawahnya belum terpenuhi, contoh : seseorang yang belum punya rumah, dia tidak akan pernah merasa aman apalagi muncul kebutuhan ingin meng-aktualisasi diri.
Sekarang, kalau dilihat dari 5 kebutuhan itu, hanya satu kebutuhan yang jelas-jelas membutuhkan uang, yaitu kebutuhan fisiologis. Sedangkan yang lainnya, lebih kepada kebutuhan psikologis seseorang yang tidak selalu membutuhkan uang, kan? That's why 'do what you love' is important.
Saya punya cerita, ada seorang lulusan Universitas Negeri nomor 1 di Bandung (tidak usah disebutkan namanya, ya?) bekerja di perusahaan Tambang di Kalimantan selama lima tahun, pendapatan perbulannya sudah mencapai puluhan juta rupiah, akhirnya dia memutuskan untuk resign, dan saat ini dia bekerja menjadi guru les di salah satu Bimbingan Belajar yang ada di Bandung. Alasan utama mengapa dia resign, cuma satu: dia tidak enjoy melakukan pekerjaannya. Simple, kan?
Itulah yang menjadi alasan utama saya menulis postingan ini, ya selain ada pengalaman pribadi yang sedang saya alami saat ini hehe. Intinya, kita harus mulai belajar bahwa terkadang tidak semuanya mengenai uang. Ya memang uang adalah fondasi untuk kehidupan kita, saya juga tidak naif bahwa saat ini kita membutuhkan uang untuk hampir semua hal, termasuk ke WC umum. Tapi di sisi lain, saya juga mau mengingatkan bahwa ada baiknya kita tidak terlena hanya dengan uang, dan akhirnya membuat kita menjadi seperti robot, melakukan hal yang sebenarnya kita tidak suka hanya demi uang, it will kill you, eventually. Tidak ada salahnya untuk mencoba sesuatu yang memang kita sukai dan akhirnya bisa memberikan 'uang' juga untuk kita, walaupun sesuatu itu harus kita mulai dari nol. Karena saya percaya, akan lebih baik kita berjuang untuk hal yang kita sukai, daripada terus menjalani sesuatu yang tidak kita sukai. You got my point?
PS : Blog masih dalam keadaan tidak Fit 100%, karena saya tidak bisa membalas comment secara langsung. Buat yang kasih comment dan ingin dapat balasan bisa cantumkan alamat email, or just contact me via email. thank you readers. :)
0 comments