Jangan pernah
menjaminkan rasa kepada waktu. Ia punya masa kadaluwarsanya. – Windy
Ariestanty
Mungkin pernyataan I will always
love you itu lebih cocok dirubah menjadi I still love you. Banyak
orang (termasuk saya) suka kelewat excited kalau sayang atau mungkin
cinta sama orang lain, terutama lawan jenis. Sampai kadang-kadang kita sebagai
anak muda, putus sama pacar yang bener-bener kita sayang bahkan sangat kita
cintai, kita masih suka beranggapan bahwa kita akan cinta selamanya sama dia.
Kita lupa bahwa pohon yang tidak pernah disiram dan diberi pupuk lama-lama akan
mati juga, begitupun dengan cinta.
Bagaimana kita bisa terus mencintai
seseorang yang raganya pun sudah tidak ada di dekat kita? Bagaimana kita bisa
menjaga cinta seseorang yang jelas-jelas sudah tidak mencintai kita? Bagaimana
kita masih bisa mencintai seseorang yang 6 bulan kemudian mungkin menjadi orang
asing di kehidupan kita karena tidak pernah lagi bertemu atau berkomunikasi?
Kita, terutama saya sering menerka
bahwa kita akan selalu mencintai orang itu, seseorang yang pernah mewarnai
hidup kita. Kita seakan lupa tentang waktu, kita lupa bahwa semua hal itu
dinamis, semuanya akan berubah. Kita bahkan lupa bahwa dengan berubahnya status
kita dengan orang tersebut, otomatis akan mengubah hubungan kita sama dia. Kita
tidak akan lagi saling mengabari satu sama lain, menyempatkan waktu yang
sedikit untuk bertemu, menelfon hanya untuk saling mendengar suara satu sama
lain karena saking kangennya. Kita lupa bahwa kita tidak akan lagi seperti itu,
melewati segala hal-hal yang selama ini membuat kita jatuh cinta sama dia. Apa dengan
begitu kita akan terus selalu mencintai seseorang tersebut?
Bukan hanya
makanan, obat, kosmetik, dan daun saja yang mengenal kata basi. Cinta pun
demikian.
0 comments