Akhirnya semester 6
selesai juga, ujian akhirnya selesai. Rencana liburan ke Bali harus rela gagal
gara-gara jadwal ujian yang nggak bisa di ajak kompromi. Hilang lah uang dua
ratus tujuh puluh satu ribu rupiah, uang buat beli tiket pesawat yang tidak
pernah saya naiki itu. Sedih memang, bukan gara-gara hilang uang dua ratus tujuh
puluh satu ribu itu, tapi sedih karena semua bayangan-bayangan apa aja yang
bakal dilakuin di Bali harus hilang gitu aja, tanpa ngerasain realitinya kayak
apa. Semuanya bisa dibilang sudah dipersiapkan dengan matang, hotel udah di booking, rundown acara pun sudah selesai
dibuat, orang rumah sampai komentar gini “wah, kalian well prepared banget mau ke
Bali.” Dan ternyata ke sempurnaan persiapan itu nggak ngaruh apa-apa. Kita
akhirnya tetap gagal buat pergi ke Bali.
Pada tanggal
keberangkatan, tepatnya tanggal 14 Juni 2012 saya sempat men-tweet seperti ini, ‘ngerelain Bali aja
susah, apalagi orang yang kita sayang.’ Memang agak susah buat ngikhlasin gagal
ke Bali, tapi kita bisa apa? Minta pengertian ke fakultas? Kemungkinan dapetnya
kecil banget, ngerelain nggak ikut ujian? Siap-siap nggak akan dianggap anak
lagi sama orang tua. Jadi ya, satu-satu caranya tetap bersabar buat nggak jadi
pergi, dan menganggap nothing happen.
Berniat untuk mengobati kekecewaan kita karena nggak jadi ke Bali, akhirnya
saya dan beberapa teman saya memutuskan untuk tetap liburan, yaitu ke….SnowBay
TMII Jakarta. Jomplang? Banget! Tapi daripada nggak kemana-mana
banget?
Akhirnya, tanggal 19 Juni
2012, saya dan dua teman saya berangkat juga ke Jakarta. Berhubung kita pakai
mobil rental, -karena awalnya yang mau ikut lima orang- jadinya nggak bisa
ngerasain gimana rasanya jadi AGJ (anak gaul Jakarta-red). Tempat pertama yang
kita kunjungin di Jakarta yaitu Pasar Ular. Jujur, ini kali pertama kita
bertiga kesana, dan kesan pertama yang muncul, kok toko-tokonya dikit ya? Satu
hal yang muncul dipikiran saya, KITA SALAH TEMPAT! Karena nggak mau disalahkan
dan nggak mungkin juga nyalahin supir, akhirnya kita beranggapan bahwa memang
itu lah Pasar Ular dan kita memutuskan untuk langsung pergi lagi ke daerah
Mangga Dua. Di perjalanan menuju Mangga Dua, kita ngelewatin tempat
perahu-perahu, sampai ngelewatin laut. Pas lagi macet-macetnya, ada aja
pemandangan yang sukses bikin kita bertiga ketawa.
kebaca nggak tulisannya?
Ya, tulisan truk itu ‘tak
punya perasaan’ sejak kapan ya benda mati punya perasaan? Kontan saja, saya dan
kedua teman saya ketawa-ketawa dari dalam mobil, saya berharap truk itu tidak
mendengar ya, takut tiba-tiba truk marah-marah ke kita gara-gara kita ngetawain
itu truk.
Saat hampir sampai pak
supir sempat bertanya, “mau di sini atau tempat yang satunya lagi?” saya dengan
sigap menjawab, “yang ini aja, Pak.” Masuk lah kita ke salah satu Mall yang
namanya kayak gedung kembar di Amerika yang di tabrak pesawat itu loh. Di dalem
juga kita sempat bertanya-tanya “kok tokonya pada tutup gini sih? Padahal kan
udah siang.” Lagi-lagi saya tersadar, kita salah tempat (lagi). Setelah
keliling-keliling mall dan nggak nemu yang bisa di liat apalagi dibeli,
akhirnya kita memutuskan untuk makan di salah satu tempat makan Italy, dibagian
depan Mall itu. Sambil nunggu pesenan datang, kita melakukan banyak hal, dari
mulai foto-foto sampai salah satu teman saya cerita kalau dia baru aja putus
sama pacarnya, dan jujur menurut saya itu putus yang paling so sweet sedunia –mana ada ya putus yang
so sweet?— kita skip ya bagian curhatnya, yang pasti saking asiknya curhat makanan
yang sudah datang dari tadi kita cuekin sampai dingin kayak es batu. Oh iya!
Pizza di restoran ini enak banget! Bener-bener harus coba deh, nggak bakal
nyesel, dijamin. Nama restaurant-nya kalau nggak salah A’la Pasta.
Setelah kenyang dan habis
bahan curhatan, akhirnya kita bertiga berangkat ke tempat tujuan utama kita,
yeaaa TMII here we come *nari ala girlband.* Ternyata jauh juga ya dari
Mangga Dua ke TMII, kita harus lewat tol kota yang untung waktu itu belum
macet. Kesan pertama waktu sampai di TMII adalah ‘wah, jadi beda yaa. Udah
berapa lama nggak kesini.’ dan entah kenapa saya orang Bandung yang
notabene-nya nggak bakal susah buat pergi ke Jakarta tapi seneng banget bisa
nyampe TMII.
bagus kan gerbangnya?
Beres Shalat Dzuhur, kita
memutuskan untuk naik kereta gantung atau gondola, atau nama kerennya skylift. Dari ketinggian yang nggak
diketahui itu, kita bisa ngeliat apa aja yang ada di TMII, satu kata yang bisa
saya ungkapkan AMAZING! Sebenernya biasa aja sih, ada juga yang sudah kurang
terawat, tapi entah saya ngerasa senang dan bangga Indonesia punya tempat
wisata ini. Danau miniatur Negara Indonesia, rumah-rumah adat dari setiap
daerah, aquarium ikan air tawar yang katanya gede banget, taman burung yang katanya
koleksinya banyak banget, dan hal-hal lainnya. Sayang karena waktu yang tidak
memungkinkan, kita gagal masuk ke aquarium air tawar dan taman burung. Turun
dari skylift, saya ketemu badut
kelinci dan kita memutuskan untuk berfoto dengan si badut. Dari situ saya nemu
satu fakta, jadi badut adalah salah satu pekerjaan yang tidak perlu
berpura-pura, dalam keadaan bad mood sekalipun
orang-orang nggak akan tau kok, topeng kepalanya sudah ada bentuk mulut yang
selalu tersenyum, tidak akan pernah berubah.
kita bersama badut yang tidak pernah cemberut
saya di rumah adat papua
Sudah puas foto sana-sini,
sekarang saatnya kita untuk katarsis, mengeluarkan semua penat-penat yang ada. Welcome to snowbay! Di snowbay ini ada 3 macem prosotan untuk
orang dewasa, dan ada juga yang khusus untuk anak kecil, totalnya sendiri saya
kurang ingat. Selain itu ada semacam Zaccuzi, kolam
arus, dan yang paling saya suka yaitu kolam ombak. Kita bertiga tertawa lepas
saat bermain di kolam ombak, sampai teman saya bilang gini, ‘ih kita kayak
orang kampung, tapi seneng bangeeeetttt’ katanya sambil terus tertawa. Ya, kita
seneng banget, lepas banget, bebas banget, semua penat bener-bener keluar
disana. I want that time happened for the
second time.
Setelah puas bermain-main
di kolam ombak, kali ini giliran kolam arus yang kita datangi. Asiknya di kolam
arus ini kita bisa naik pelampung dan duduk sambil membiarkan badan kita
terbawa arus. Satu hal yang saya pelajari disini, arus itu susah banget buat di
lawan, di kolam arus aja, saya dan teman-teman saya selalu mencoba untuk
berjalan melawan arus, hasilnya? Nihil. Kita sama sekali nggak pernah berhasil
buat berjalan dengan cepat, bahkan beberapa kali kita malah terjatuh. Intinya,
jangan pernah nentang apa yang ada di dunia ini, ikutin aja. Tapi bukan berarti
kita selalu mengikuti apapun yang terjadi ya, kita tetap harus bisa memilih apa
yang baik buat kita dan yang buruk buat kita. Hidup itu hanya urusan memilih
kok.
Dari ketiga wahana yang
ada disana, ada satu wahana yang jujur bikin saya takut banget, saya paling
nggak suka dan nggak bisa buat naik perosotan yang ketutup dan kecil, mungkin
phobia, nggak ngerti juga deh. Tapi kedua teman saya membujuk saya untuk ikut
naik, ‘lebar Ni, udah bayar mahal-mahal nggak nyobain.’ Ok, she’s got the point. Dengan jantung yang berdegup lebih kencang
saya memutuskan untuk naik wahana itu. Setelah turun dengan selamat, dan
sedikit air yang terminum saya dapat satu pelajaran –lagi— yang namanya
ketakutan itu harus di lawan agar kita bisa berhasil, rasa takut itu muncul
untuk memunculkan keberanian dalam diri kita. Nggak akan ada keberanian kan
kalau nggak ada ketakutan. Got it?
Puas kita main-main di snowbay sekarang saatnya kita pulang. Sebelum
pulang kita sempet mampir dulu ke mesjid yang ada di dalam TMII untuk shalat
magrib. Saat sedang wudhu saya menemukan sesuatu yang sedikit aneh, ada ibu-ibu
memandikan anaknya di tempat wudhu. Mungkin karena tempat wudhu tersebut sepi,
tapi karena kejadian itu saya jadi tersadar bahwa saya masih berada di
Indonesia. Saya sepertinya tidak akan menemukan hal serupa di Negara lain. Negara
tetangga kita aja, Singapore untuk
masuk ke toilet aja harus ngantri, di Jepang buang sampah aja ngantri. Ya that’s why Indonesia unique.
setelah selesai shalat dan makan malam di salah satu mall dekat TMII akhirnya kita memutuskan untuk pulang, thanks to Anisa Firdausi and Renita Agustyani for this 'flash' holiday. :*
0 comments