hati memang sering dijadikan alasan dari apa yang kita lakukan. hati sering dianggap seseuatu yang paling ngerti tentang diri kita. tanpa kita tau dan sadar bahwa hati juga bisa mengacaukan pikiran logis kita. saya pernah bahas sebelumnya bahwa hati selalu menang atas logika. penliaian subjektif selalu menang atas penilaian objektif, apalagi untuk kaum hawa. namun bukan tidak memungkinkan juga untuk para kaum adam yang juga selalu memenangkan hati atas apa yang mereka pikirkan. jaga hati itu emang sulit, lebih sulit daripada jaga pikiran kita. hebat sekali ya hati, sesuatu yang sebenarnya tidak jelas wujudnya, tapi bisa menentukan hidup kita selanjutnya.
sekarang tuh lagi zaman banget istilah friend zone, ya sebenernya istilah ini cuma pengganti istilah TTM-an doang sih. yang menurut pengalaman saya, istilah ini untuk orang-orang yang,
1. takut untuk berkomitmen.
2. orang yang pengen dapet perhatian, tapi engga siap dengan tuntutan dan resiko dari sebuah hubungan.
3. orang yang butuh banyak afeksi, jadi dia nerima semua prhatian dari orang, termasuk orang yang bukan tipe dia.
nah, sebenernya engga masalah sih kita berada di friend zone itu kalau kita pinter jaga hati, enggak gampang kepancing emosi, karena disadari apa engga, keadaan friend zone itu lebih banyak resiko dan rawan kalau dibanding sama orang yang punya commitment beneran. bisa aja kan tiba-tiba dia ninggalin kita? tiba-tiba mereka jadian ama orang lain, padahal sehari sebelumnya masih saling ngasih perhatian ke kita? maka dari itu bahaya banget kalau kita engga bisa jaga hati kita sendiri, kita bakal 'sakit' hasil dari pilihan dan kelakuan kita sendiri.
hal ini juga yang terjadi sama beberapa teman saya, dan tentunya saya sendiri. salah satu teman bercerita bahwa dia sedang mendekati seorang wanita -yang juga teman saya- pada awalnya semua berjalan sesuai dengan yang dia rencanakan. mereka dekat, mejadi sahabat, tidak banyak yang tau, dan tidak ada seorang pun yang memakai hati pada awalnya. lama kelamaan, karena mereka semakin dekat, teman saya ini semakin berharap dan menggunakan hatinya dalam hubungan mereka ketika akhir cerita mereka tidak sesuai yang diharapkan olehnya, teman saya itu menjadi kecewa dan saya yakin pasti dia sakit hati, padahal dari awal dia yang selalu mengingatkan saya untuk menjaga hati untuk seseorang yang belum jelas juntrungannya.
ada lagi teman saya yang rela memberikan apapun untuk kekasihnya karena sudah sangat menyayangi dan menyimpan hatinya untuk kekasihnya tersebut. and you can imagine how much she broken when the relationship is over? apakah itu semua merupakan kesalahan dari hubungannya yang berakhir? atau karena mereka tidak bisa menjaga suatu hubungan? saya rasa tidak. di dunia ini tidak ada yang abadi kan? apalagi jika mereka putus secara baik-baik.
terakhir, merupakan pengalaman saya sendiri. karena telah lama mengalami kesendirian, setiap saya naksir orang, apalagi ketika hubungannya sudah menjadi bisa lebih dekat, saya sering terlanjur menaruh hati kepada mereka. sehingga, ketika akhirnya tidak sesuai yang diharapkan saya menjadi kecewa. padahal semua itu kan hal wajar yang mungkin terjadi, ketika kita dekat dengan orang dan merasa tidak cocok, lebih baik menjauh bukan daripada terus memaksakan sesuatu yang sulit untuk diteruskan? puzzle yang posisi tidak pas pun tidak akan membentuk sesuatu yang seharusnya kan?
ah sudahlah, masalah hati memang tidak bisa dan tidak pernah bisa dibahas menggunakan logika. that's why it's called heart, a master of emotion.
sekarang tuh lagi zaman banget istilah friend zone, ya sebenernya istilah ini cuma pengganti istilah TTM-an doang sih. yang menurut pengalaman saya, istilah ini untuk orang-orang yang,
1. takut untuk berkomitmen.
2. orang yang pengen dapet perhatian, tapi engga siap dengan tuntutan dan resiko dari sebuah hubungan.
3. orang yang butuh banyak afeksi, jadi dia nerima semua prhatian dari orang, termasuk orang yang bukan tipe dia.
nah, sebenernya engga masalah sih kita berada di friend zone itu kalau kita pinter jaga hati, enggak gampang kepancing emosi, karena disadari apa engga, keadaan friend zone itu lebih banyak resiko dan rawan kalau dibanding sama orang yang punya commitment beneran. bisa aja kan tiba-tiba dia ninggalin kita? tiba-tiba mereka jadian ama orang lain, padahal sehari sebelumnya masih saling ngasih perhatian ke kita? maka dari itu bahaya banget kalau kita engga bisa jaga hati kita sendiri, kita bakal 'sakit' hasil dari pilihan dan kelakuan kita sendiri.
hal ini juga yang terjadi sama beberapa teman saya, dan tentunya saya sendiri. salah satu teman bercerita bahwa dia sedang mendekati seorang wanita -yang juga teman saya- pada awalnya semua berjalan sesuai dengan yang dia rencanakan. mereka dekat, mejadi sahabat, tidak banyak yang tau, dan tidak ada seorang pun yang memakai hati pada awalnya. lama kelamaan, karena mereka semakin dekat, teman saya ini semakin berharap dan menggunakan hatinya dalam hubungan mereka ketika akhir cerita mereka tidak sesuai yang diharapkan olehnya, teman saya itu menjadi kecewa dan saya yakin pasti dia sakit hati, padahal dari awal dia yang selalu mengingatkan saya untuk menjaga hati untuk seseorang yang belum jelas juntrungannya.
ada lagi teman saya yang rela memberikan apapun untuk kekasihnya karena sudah sangat menyayangi dan menyimpan hatinya untuk kekasihnya tersebut. and you can imagine how much she broken when the relationship is over? apakah itu semua merupakan kesalahan dari hubungannya yang berakhir? atau karena mereka tidak bisa menjaga suatu hubungan? saya rasa tidak. di dunia ini tidak ada yang abadi kan? apalagi jika mereka putus secara baik-baik.
terakhir, merupakan pengalaman saya sendiri. karena telah lama mengalami kesendirian, setiap saya naksir orang, apalagi ketika hubungannya sudah menjadi bisa lebih dekat, saya sering terlanjur menaruh hati kepada mereka. sehingga, ketika akhirnya tidak sesuai yang diharapkan saya menjadi kecewa. padahal semua itu kan hal wajar yang mungkin terjadi, ketika kita dekat dengan orang dan merasa tidak cocok, lebih baik menjauh bukan daripada terus memaksakan sesuatu yang sulit untuk diteruskan? puzzle yang posisi tidak pas pun tidak akan membentuk sesuatu yang seharusnya kan?
ah sudahlah, masalah hati memang tidak bisa dan tidak pernah bisa dibahas menggunakan logika. that's why it's called heart, a master of emotion.
1 comments