• Home
    • Home alternate
    • Blog no sidebar
    • Blog Masonry
    • Pagination
  • About
    • Typography
    • Shortcodes
    • Archives
    • Grid
    • 404
    • Search Results
    • Form Elements
  • Portfolio
    • Portfolio single
  • Gallery
    • Gallery single
  • Contact

RUNI

Unspoken Thougt



Bulan Desmber ini memang jadi musim liburan penghujung tahun, dan kesempatan ini digunakan oleh banyak orang (termasuk saya) untuk berlibur, ceritanya sih buat me-refresh pikiran setelah kurang-lebih satu tahun dipakai untuk bekerja. Dengan persiapan yang mendadak dan cukup pas-pasan saya dan beberapa teman memutuskan untuk pergi berlibur ke Pantai. Pilihan awal kami ada dua, yaitu Pantai Batu Karas di daerah Ciamis Jawa Barat, atau Ujung Genteng di Sukabumi Jawa Barat. Akhirnya, dengan perkiraan di Batu Karas akan banyak banget orang (karena musim liburan) kami memutuskan untuk berangkat ke Ujung Genteng, ya lumayan cari pengalaman baru juga, karena kebetulan diantara kami bertujuh belum pernah ada yang ke sana. 

Seminggu sebelum keberangkatan, kami booking hotel, awalnya sih takut kehabisan. Setelah liat-liat di Internet, akhirnya kita memutuskan untuk nginep di hotel ini, http://www.turtlebeachesresort.com/. Harganya sih nggak bisa dibilang murah, range harganya mulai dari Rp1.000.000/Malam kalau weekdays, dan Rp1.300.000/Malam kalau Weekends. Sebenernya yang bedain harga cuma view kamarnya aja sih, ada yang pantai sama halaman. Tipe kamarnya pun kayak apartemen, jadi satu apartemen itu terdiri dari 2 kamar tidur, satu kamar mandi, sama satu ruang TV. Oh ya, dan free breakfast untuk 4 orang (kecuali kalau nambah ekstra bed, ya dapet lagi sarapannya).


Akhirnya, kami berangkat dari Bandung tanggal 24 Desember 2014, sekitar pukul 22.30, selesai menjemput semua personil, membeli bekal buat diperjalanan, dan ngambil uang ke ATM (karena menurut orang-orang yang sudah pernah kesana, di sana tidak ada ATM sama sekali). Kami keluar tol Padalarang sekitar pukul 23.30, perjalanan pun dilanjutkan ke Cianjur-Sukabumi-Surade-Ujung Genteng. Berhubung, diantara kami belum pernah ada yang kesana, jadi perjalanan kali itu kami serahkan sepenuhnya ke Google Maps, dan Waze. Dan kalian harus tau, jalan ke Ujung Genteng jauuuuuuhhhhhhhhh banget, selain jauh, sepanjang perjalanan kami hanya ditemani oleh pohon, tebing, jurang, kebun teh, dan beberapa rumah penduduk. Rasanya setiap melihat rumah penduduk, atau mobil, seneeenggg banget. Setelah berenti beberapa kali, untuk ke Toilet, Istirahat, dan Solat Subuh, akhirnya kami sampai juga ke Ujung Genteng. Ternyata benar, pantai disini masih sepi dan cukup bersih, ada sampah sih, tapi kebanyakan sampah laut, kayak karang, kelapa, atau ranting-ranting. Biar lebih jelas saya posting foto disini yaa,






maafkan fotonya gagal :(




Di Ujung Genteng itu, banyak garis pantai yang di tengah-tengah, jadi pengunjung bisa jalan sampai ke tengah pantai. Selain itu, di sana airnya jernih banget, bagus deh. Pengunjung jadi bisa liat karang, rumput laut, ikan kecil-kecil sambil jalan menyusuri pantai. Awalnya kami sempat mau jalan sampai nemu ombak di pantai foto terakhir (yang ada saya narsis) tapi nggak jadi karena langit mulai gelap (mendung) dan kedua teman saya nemu ular laut, serem banget! Nih saya kasih fotonya biar percaya, 


hiiiiii.....


Sebenernya di Ujung Genteng banyak tempat wisata laut yang bisa didatangi. Namun apa daya karena cuaca lagi nggak begitu bagus, dan waktu terbatas, akhirnya kami cuma bisa dateng ke beberapa tempat aja. Tapi tenang, kami tetap sempat liat sunset kok, (bukti fotonya dibawah yaa). Oh iya, kami sempat lihat Biawak yang super-duper gede banget, saking gedenya kami sempat nyangka kalau itu Komodo loh, bukan Biawak. Dari semua pantai yang kami datangi, saya pribadi paling suka pantai di daerah Pangumbahan, yang juga jadi tempat penangkaran penyu. Di sana pengunjung bisa ikut ngelepasin anak-anak penyu ke Laut, bahkan pada malam hari pengunjung bisa liat induk-induknya bertelur. Namun lagi-lagi karena hujan, kami nggak jadi ikut melepaskan anak-anak penyu itu. Tapi walaupun gitu rasa penasaran sama penyu terobati karena bisa foto sama mereka, hihihi. Biar sirik nih saya kasih fotonya yaaa, tapi mohon diabaikan muka kucelnya :D.







keliatan nggak sih Tukik-nya?

sama Penyu Albino



Penjaga disana baik banget, saya sempat nanya-nanya mengenai umur dari Penyu-Penyu ini. Penyu yang saya pegang itu umurnya sudah 3 tahun, ada lagi yang berumur 15 tahun, tapi saking besarnya saya nggak berani megang, kata temen saya sih berat banget. Rentang umur Penyu kata akang penjaganya sih bisa sampai ratusan tahun, wohoooooo~ dan oh iya! Penyu juga kayak manusia loh, itu buktinya ada yang kelainan kulit alias Albino hehe.



Beautiful Sunset in Ujung Genteng 



Di luar semua kekurangan fasilitas yang mereka punya, saya pribadi dan teman-teman senang bisa menyambangi wisata pantai-santai-dingin yang ada di Jawa Barat. Jarak 250KM Bandung-Ujung Genteng terbayar penuh saat kami sampai dan melihat keindahan, kebersihan, dan sepi-nya Pantai-Pantai di sana. Intinya, Ujung Genteng berhasil menutup tahun 2014 saya jadi sesuatu yang lebih Hidup dan Indah, :)





P.S : Terimakasih teman perjalanan semuaaaaa!






picture from Tumblr.com


"I'd learned how much happiness money can bring you. Very little." 
-  Rick Pitino




Di luar sana masih banyak, --terlalu banyak-- orang yang menganggap uang itu segalanya, uang itu disamakan dengan kebahagian. Memang agak sulit untuk merubah paradigma ini, apalagi di Negara kita, Indonesia. Di sini uang masih jadi tolak ukur seseorang itu sukses atau tidak, seberapa banyak pendapatan seseorang masih menentukan 'derajat' orang tersebut. paham kan maksudnya? Banyak perusahaan-perusahaan terus menerus meningkatkan upah untuk para pekerjanya dengan harapan kepuasan kerja mereka pun akan meningkat, yang otomatis akan meningkatkan juga produktifitas kerja (kalau tidak yakin boleh googling saja, sudah banyak jurnal atau penelitian membahas hal ini). Bahkan Pemerintah sempat berencana untuk menaikan gaji PNS dan Pegawai Pemerintah lainnya untuk menghilangkan korupsi. Mungkin mereka belum pernah dengar pepatah ini, "sekecil apapun pendapatan pasti cukup untuk biaya hidup. Sebesar apapun pendapatan tidak akan pernah cukup untuk membeli gaya hidup." Ada hal yang saya alami sendiri, semakin besar pendapatan saya, semakin besar juga pengeluaran yang diperlukan (diinginkan), ya itu lah bedanya biaya hidup dengan gaya hidup. 

Sebenarnya, masih ada hal yang lebih penting daripada uang. Uang itu cuma sebagian kecil dari banyaknya indikator yang membuat kita bahagia. Bahkan salah satu tokoh Psikologi Humanistik, Abaraham Maslow menjelaskan mengenai hirarki kebutuhan manusia;
1. Kebutuhan Fisiologis : makan, minum, tempat tinggal, dll.
2. Kebutuhan Keamanan
3. Kebutuhan Cinta, Sayang, dan Kepemilikan
4. Kebutuhan Esteem : penghargaan diri.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri,

dan Bapak Psikologi yang satu ini juga mengatakan bahwa seseorang tidak akan naik ke kebutuhan di atasnya apabila kebutuhan di bawahnya belum terpenuhi, contoh : seseorang yang belum punya rumah, dia tidak akan pernah merasa aman apalagi muncul kebutuhan ingin meng-aktualisasi diri. 

Sekarang, kalau dilihat dari 5 kebutuhan itu, hanya satu kebutuhan yang jelas-jelas membutuhkan uang, yaitu kebutuhan fisiologis. Sedangkan yang lainnya, lebih kepada kebutuhan psikologis seseorang yang tidak selalu membutuhkan uang, kan?  That's why 'do what you love' is important.
Saya punya cerita, ada seorang lulusan Universitas Negeri nomor 1 di Bandung (tidak usah disebutkan namanya, ya?) bekerja di perusahaan Tambang di Kalimantan selama lima tahun, pendapatan perbulannya sudah mencapai puluhan juta rupiah, akhirnya dia memutuskan untuk resign, dan saat ini dia bekerja menjadi guru les di salah satu Bimbingan Belajar yang ada di Bandung. Alasan utama mengapa dia resign, cuma satu: dia tidak enjoy melakukan pekerjaannya. Simple, kan?

Itulah yang menjadi alasan utama saya menulis postingan ini, ya selain ada pengalaman pribadi yang sedang saya alami saat ini hehe. Intinya, kita harus mulai belajar bahwa terkadang tidak semuanya mengenai uang. Ya memang uang adalah fondasi untuk kehidupan kita, saya juga tidak naif bahwa saat ini kita membutuhkan uang untuk hampir semua hal, termasuk ke WC umum. Tapi di sisi lain, saya juga mau mengingatkan bahwa ada baiknya kita tidak terlena hanya dengan uang, dan akhirnya membuat kita menjadi seperti robot, melakukan hal yang sebenarnya kita tidak suka hanya demi uang, it will kill you, eventually. Tidak ada salahnya untuk mencoba sesuatu yang memang kita sukai dan akhirnya bisa memberikan 'uang' juga untuk kita, walaupun sesuatu itu harus kita mulai dari nol. Karena saya percaya, akan lebih baik kita berjuang untuk hal yang kita sukai, daripada terus menjalani sesuatu yang tidak kita sukai. You got my point? 





PS : Blog masih dalam keadaan tidak Fit 100%, karena saya tidak bisa membalas comment secara langsung. Buat yang kasih comment dan ingin dapat balasan bisa cantumkan alamat email, or just contact me via email. thank you readers. :) 





sesuai dengan teori Hirarki dari Mashlow, bahwa semua orang, kemungkinan akan sampai pada titik munculnya kebutuhan esteem. ya, hampir semua orang ingin dianggap, kita sebagai manusia ingin kan di 'lihat' oleh orang lain, atau setidaknya dianggap ada oleh orang lain.

namun kita terkadang terlalu terlena dengan kata kunci 'eksistensi,' sehingga kita lupa makna eksistensi yang baik itu seperti apa. kita lihat contoh jelasnya aja ya, Mr. (yang katanya) Pengacara yang selalu bikin sensasi dengan nyebarin komentar aneh-aneh tentang orang lain, sampai ribut sama orang lain. buatku, rasanya eksistensi itu tidak ada artinya kalau kita tidak bisa memanfaat 'keberadaan' kita menjadi sesuatu yang baik, paham kan maksud ku?

ketika kita hanya ingin dianggap ada, namun tidak bisa mengisi keberadaan itu dengan 'sesuatu' hal, rasanya sama artinya dengan air conditioner tanpa freon, useless, tidak berarti apa-apa. semua perjuangan kita untuk dianggap jadi hilang gitu aja, tidak bersisa apapun. sangat disayangkan, apalagi kalau kita sudah dikenal karena sesuatu yang baik, namun tidak dapat mempertahankan hal tersebut. beda kan rasanya dianggap karena hal baik, dan dianggap karena sesuatu yang buruk? 

pepatah menyebutkan, 'lebih sulit mempertahankan daripada meraih.' I cant agree more. karena memang benar, ketika kita sudah dapat apa yang kita inginkan, sudah dianggap dengan orang lain, kita jadi terlena dan terkadang jadi lupa diri, sehingga kita lebih fokus kepada tingkat 'eksistensi' daripada kualitas 'eksistensi' itu sendiri. karena pada dasarnya 'eksistensi' atau akhirnya jadi 'popularitas' bukan sekedar dianggap ada, disegani apa yang kamu punya secara materi, namun lebih luas daripada itu. seperti apa yang dikatakan Ariana Grande di lagunya Popular Song,

"popular, I know about popular
it's not about who you are or your fancy car
you're only ever who you are.
popular, I know about popular
and all that you have to do, is be true to you
that's all you ever need to know"

pada akhirnya, mungkin lebih baik fokus ke hal-hal yang akan kita lakukan terus untuk mendapatkan atau mempertahankan our good existance daripada fokus hanya pada kata 'eksistensi'-nya aja. you got what i mean?





"Only one thing makes a dream impossible :  the fear of failure. " The Alchemist - Paulo Coelho 
mungkin tulisan saya sekarang akan mendapatkan respon yang berbeda-beda dari orang banyak, dan kemungkinan lebih banyak yang kontra daripada pro. balik lagi, ini bergantung sama sudut pandang pembaca, dan saya masih mempercayai kata kunci, "semua hal bisa dipandang dari 2 sudut pandang, salah dan benar." kalau kamu?


segimana kita ketahui, bahwa makin sini makin banyak perempuan-perempuan merubah gayanya dengan menggunakan Hijab. macam-macam Hijab pun semakin banyak, toko-toko yang menjual baju muslim mulai menjamur dimana-mana layaknya restoran fast food. pertanyaan selanjutnya, apakah itu semua salah? tentu tidak. semua Umat Muslim juga tau dan paham kan dengan anjuran mengenai menutup aurat, yang salah satunya menggunakan Hijab. saya sendiri ikut senang dengan berkembangnya hal ini, ya berasanya saat ini umat Muslim bisa lebih menunjukan keberadaannya bukan? perancang Dian Pelangi saja sampai mengikuti New York Fashion Show. gimana tidak bangga? perancang baju Muslim, dari Indonesia malah, bisa mengikuti acara bergengsi seperti itu. congratulation Mba, Dian! :)


nah, sekarang yang saya pengen bahas disini adalah, ternyata masih banyak sekali para perempuan sana yang memakai Hijab, hanya untuk menutup rambut dan kepalanya saja. paham maksudnya? ya kata kerennya Tren Jilboobs. mereka yang sudah menggunakan Jilbab, namun lekuk tubuh masih kelihatan jelas, contoh ekstrem pake legging dan baju keatasannya tidak menutup paha, bahkan hanya sebatas perut. lah terus fungsi Jilbab apa kalau gitu? kalau fungsinya cuma untuk nutupin kepala, pake topi juga bisa kan ya? 


jujur, saya memang kurang paham mengenai anjuran memakai Jilbab ini meskipun saya pun seorang Muslim, tapi yang saya tau dan paham adalah tujuan Agama mengajarkan kita hal itu untuk kebaikan dong, untuk menjaga kita juga dari hal-hal yang tidak diinginkan (ya kecuali laki-lakinya gangguan, karena ini memang ada loh). mungkin banyak dari kalian yang membaca ini tidak setuju dengan apa yang saya katakan, mungkin diantara kalian ada yang berpendapat "daripada tidak memakai Jilbab sama sekali? rambutnya kemana-mana, kulitnya kemana-mana." atau apalah komentar lainnya. iya, memang saya belum berHijab. jujur, dikeluarga saya tidak sedikit yang sudah menunaikan Haji dan masih tidak berHijab, dan mereka tetap menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya, kok. teman-teman saya pun banyak yang sudah memakai Hijab (dengan tata cara yang lebih baik, walaupun belum Syar'i). apakah saya iri? iya. beberapa kali saya memiliki pikiran untuk mulai berHijab, tapi hati saya belum 100%, saya takut kalau saya memakai Hijab sekarang hanya karena dorongan Trend yang sedang berkembang. 

meskipun saya tidak menggunakan Hijab, tapi saya kurang menyukai pakaian yang terlalu pas dengan badan (ngetat), tangan pendek, bahkan yang lehernya terlalu terbuka, ya tentunya terkecuali di situasi-situasi tertentu yang mengharuskan memakainya (baca : undangan), saya akan segera menolak apabila harus berkeliaran di tempat biasa, apalagi naik angkutan umum/motor menggunakan pakaian seksi, dan kalau saya harus membocorkan sesuatu, di lemari saya banyak sekali baju lengan panjang, entah kemeja, atau blouse Muslim. untuk saya, lebih baik rubah dulu gaya pakaian, baru menggunakan Hijab. coba saya tanya para lelaki, lebih menggoda rambut dan kepala yang terlihat atau lekuk badan yang terlihat jelas (walaupun sudah menggunakan baju)? ya kalian bisa menilainya sendiri lah ya.

saya menyayangkan kepada mereka yang hanya membungkus dirinya dengan Jilbab, tapi tidak menutup aurat-nya seperti yang diharapkan. dan saya sangat menyangkan mereka yang masih menggunakan Jilbab hanya sebagai pembungkus rambut dan kepalanya saja masih berkomentar jelek kepada mereka yang tidak berHijab. kalian harus tau orang yang tidak berHijab belum tentu lebih hina dari kalian yang menggunakan 'Jilbab', kan?  


seperti yang saya sebutkan diatas, akan banyak pendapat mengenai tulisan ini, termasuk yang berkomentar jelek. ini semua hanya pandangan saya, mau setuju atau tidak boleh-boleh saja. sekian saja, bahasan saya kali ini. semoga bermanfaat ya buat semuanya. Terimakasih yang sudah membaca atau mungkin ikut berkomentar. adios! 




"terkadang kita harus melihat lebih dalam, mendengar lebih sering, dan berbicara lebih sedikit, agar menyadarkan bahwa kita bukan siapa-siapa di dunia yang besar ini." :)










sebenernya jarang-jarang saya buat postingan tentang review sesuatu. tapi kali ini rasanya harus dan wajib aja buat berbagi sama pembaca. awalnya saya tau buku ini dari seorang teman. dia mengatakan bahwa sedang menunggu buku Mas Gun. jujur waktu itu saya sama sekali tidak tau siapa itu Mas Gun, malah karena waktu itu kami sedang membahas mengenai Politik, saya sempat mengira kalau Kurniawan Gunadi adalah seorang politikus. dengan rasa penasaran saya Googling deh namanya, dan berlabuh di kurniawangunadi.tumblr.com  dan pendapat saya saat pertama kali buka Tumblrnya, "oke juga nih tulisannya. 'ngena' hati banget." singkat cerita akhirnya saya memutuskan untuk memesan buku Hujan Matahari tersebut, karena memang kebetulan bukunya tidak akan terjual di toko buku. setelah beberapa hari, akhirnya saya coba membuka soundcloud-nya di 'suaracerita,' walaupun waktu itu saya hanya mendengarkan satu cerita (sinyal terbatas) saya langsung jatuh cinta sama tulisannya, dan semakin tidak sabar untuk cepat membaca bukunya.

setelah menunggu cukup lama, sekitar 1 bulan lebih, buku yang ditunggu-tunggu datang juga. rasanya Happy banget, dan tidak sabar untuk cepet-cepet baca itu buku, kalau bisa sih langsung tamat aja. tapi berhubung saat itu saya sedang membaca buku lain, jadi aja di-pending dulu.



ini tampilan buku yang saya tunggu lebih dari 1 bulan.


akhirnya waktu membaca buku itu datang juga, hal pertama yang langsung bisa saya simpulkan adalah, tulisan-tulisan yang simple, ringan, enak dibaca, tapi pesan yang ada di dalamnya juga tidak main-main. cerita di dalam buku ini dibagi jadi tiga bab, Gerimis, Hujan, dan Reda. setiap bab terdiri dari beberapa prosa dan cerpen, sebenernya inti cerita-ceritanya sih tidak jauh dari kehidupan sehari-hari, yaitu 'cinta.' entah cinta yang tak tersampaikan, cinta kepada sahabat, sampai cinta orang tua ke anaknya, dan masiiiih banyak lagi. pemilihan bahasa yang mudah dimengerti menurut saya jadi kelebihan tersendiri, apalagi di buku ini cukup banyak pandangan Agama mengenai Cinta itu sendiri, dan Mas Gun berhasil menyajikannya dengan bahasa yang enak dan tidak terkesan menggurui. 

nah, sekarang kenapa sampai saya membuat review mengenai buku ini? semua ini sesuai dengan foto pertama pada postingan ini, yap. this book change my life. atau setidaknya buku ini bisa ngerubah diri saya, yang jelas sih bisa membuat saya tersadar. banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil dari buku ini. seperti yang saya bilang sebelumnya, Kurniawan Gunadi berhasil menyajikan 'tamparan-tamparan' buat para perempuan atau bahkan semua orang yang suka kelewatan dalam bergaul atau sering membuat dosa tanpa disadari namun tidak dengan cara menggurui. dari buku ini saya belajar bagaimana seharusnya perilaku kita saat kita menyukai orang lain, seperti apa sikap yang benar ketika cinta kita di tolak orang lain, dan yang lebih penting dari buku ini saya belajar untuk jadi orang yang lebih baik, ya walaupun semua itu belum bisa terjadi pada diri saya 100%, tapi setidaknya saya mencoba dan mau belajar untuk jadi orang yang lebih baik. 


ada beberapa hal yang bisa saya simpulkan dari beberapa Prosa dan Cerpen dalam buku tersebut,
1. sebaik-baiknya hubungan perempuan dan laki-laki adalah ketika mereka berdua sudah memutuskan untuk menikah, mengucapkan Ijab Qobul.
2. sebaik-baiknya cinta, adalah cinta kita terhadap Tuhan. yang artinya, ketika kita mencintai seseorang, cintailah mereka karena Allah, karena dijamin cinta itu akan membawa berkah. 


mungkin setiap orang yang membaca akan memiliki pendapat yang berbeda, namun setidaknya itulah hal-hal yang muncul di pikiran saya saat selesai membaca buku tersebut.



"When we read the right book  generously, it can change the way think about the world around us" 
- John Green. 


ps : yang penasaran dan belum sempet baca bukunya, bisa order lagi mulai tanggal 1 November 2014 ini. untuk jelasnya bisa buka kurniawangunadi.tumblr.com
Setelah kurang lebih 6 bulan nggak ketemuan, akhirnya hari ini aku dan 5 sahabat SMA-ku sepakat untuk bertemu sekedar untuk makan siang bareng dan ngomongin orang buat ketawa. Oke jahat, maaf ya, begini lah kami. Hanya ada dua hal yang bisa bikin kami tertawa lepas, yaitu kebodohan diri sendiri dan kelakuan orang lain yang menurut kami sedikit ‘absurd,’ tuh kan jadi kemana-mana, ya intinya saat itu kita ketemuan di salah satu Café di daerah Bandung Utara.

“sorry ya, aku nggak bisa lama nih, kasian ibu di rumah nggak ada yang bantuin, soalnya kan mas Rizki kan lagi sakit, jadi nggak ada yang bisa di maintain tolong.” Ucap Rizka, salah satu temanku yang langsung kita jawab dengan anggukan.

“eh Ka, emang mas Rizki sakit apa? Bukannya lagi di luar pulau ya?” tanya salah satu temanku.

“TBC sih katanya, tapi nggak tau juga. Tadi ke dokter tapi kan lagi libur, jadi cuma diperiksa sama dokter jaga.”

“oh gitu, ya ampun..cepet sembuh yaaaa” kataku akhirnya berkomentar.

Singkat cerita, beberapa hari kemudian, akhirnya mas Rizki masuk rumah sakit dalam keadaan koma. Aku, yang notabenenya tau atau bisa dibilang kenal sama doi jelas kaget, apalagi kalau nginget umur mas Rizki yang masih sangat muda, 26 tahun. Mendengar kabar itu aku langsung kirim pesan singkat online (Line Messanger), kira-kira isinya seperti ini,

“Kaaaaaa, aku udah denger kabarnyaa, sabar ya sayang, pasti sembuh dan InsyaAllah, doain terus yaa mas Rizkinya. Doa aku juga dari jauh. Be strong, beautiful.”

Yang cuma dia bales,

“iya Ni, makasih yaaaa. Aamiin, mohon doanya.”

Setelah beberapa minggu kemudian, sempat ada rencana untuk menjenguk ke rumah sakit, namun karena waktunya nggak pas, jadi rencana itu gagal. Tidak terasa sudah kurang lebih 3 bulan mas Rizki di rumah sakit dalam keadaan koma, dan selama 3 bulan itu, tidak sekalipun aku menjenguk ke rumah sakit.
Sampai akhirnya, suatu hari Rizka mengirim message di Group Line, kurang lebih isinya seperti ini,

“mas Rizki udah dipanggil sama yang Di Atas tadi jam 10.20 pagi, mohon doanya yaa..”

“Innalillahi..ya Allah..” hanya dua kata itu yang bisa keluar dari mulutku, kaget banget rasanya, jujur nggak nyangka sih sebenernya, karena nginget umurnya yang cuman beda 3 taun aja sama aku, its really-really shocked me! Jujur, aku sendiri sedikit menyesal nggak sempat menjenguk, mengingat aku cukup dekat dengan keluarganya.

Aku dan teman-teman baru bisa datang ke rumah duka keesokan harinya, diluar semua ketabahan yang terlihat dari keluarga kecil itu, aku belajar satu hal, semua hal ini mungkin terjadi. Apapun yang Tuhan kehendaki ya akan terjadi, mungkin memang benar pepatah yang mengatakan bahwa ‘umur hanyalah sebuah angka.” Nggak berarti orang yang masih muda akan terhindar dari maut, dan sebaliknya orang yang udah bisa dikatakan tua belum tentu dekat dengan maut juga, banyak kan para uyut-uyut kita yang berumur 100 taun tapi masih sehat bugar?

Ini tuh buatku kayak cermin, apa aja sih yang udah jadi perbekalan ku? Apa aja yang udah aku siapkan? Terkadang, kita sebagai anak muda terlalu naif, bahwa umur kita masih panjang, kita masih bisa hidup seenaknya, bahkan sampai lupa hal simpel kayak menjaga kesehatan. Seharusnya ini bisa jadi pelajaran supaya kita bisa lebih aware sama hal beginian.

Melihat ketegaran keluarga Rizka, aku juga belajar satu hal, terkadang kita nggak bisa ngelakuin apa-apa kecuali menerima dan ikhlas. Ikhlas emang susah sih, but if that only way? Dengan menerima suatu hal yang berat, aku pribadi yakin, itu akan membuat kita lebih kuat dan bijaksana di waktu yang akan datang. By the way, Stay Strong, Ay :*

“terkadang, kita harus merasa susah dulu untuk menjadi orang yang lebih kuat dari sebelumnya.”
“ketika menerima adalah jalan terbaik”


“kamu kok lemah sih? Katanya gak pernah mau kalah dari aku?” tanya hati sontak setelah mata ini membaca beberapa tulisan di layar komputer.

“baiklah, hati yang tidak pernah mau kalah. Untuk kali ini aku mengaku kalah, dan tidak bisa menandingi kekuatanmu.” Jawab logika, pasrah.

“gimana sih, kamu yang dulu keras kepala tidak mau aku kalahkan. Sekarang, udah gini kamu angkat tangan. Bantu aku untuk mencapai kestabilan lagi dong.” pinta hati.

“aku harus berbuat apa? Dari dulu aku sudah bilang, jaga dirimu, jangan jatuh terlalu dalam. Susah untuk kembali. Sekarang semua itu terjadi kan?”

“lalu aku harus bagaimana? Rasanya sangat tidak menyenangkan. Walaupun semua ini belum pasti, tapi aku selalu merasa ada yang janggal. Duh jadi aku gak enak, too sensitive.”

“ya itu lah dirimu, sifat dasarmu itu bisa menjadi hal terbaik darimu, atau sebaliknya. Semua tergantung bagaimana kamu menuangkannya. Sudah lah, mungkin saat ini memang sudah saatnya untukmu menerima. Karena jika kamu terus berusaha mengelak itu semua, kamu akan semakin lemah dan sakit.”

“tapi bagaimana jika semua itu hanya karena sifatku yang terlalu sensitif ini?”

“itu semua hanya waktu yang bisa menjawabnya, pasrahkan saja pada waktu dan aku akan tetap membantu untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan ini.”

Andaikan kedua hal terpenting dalam diri manusia ini bisa saling menyalahkan, saling mengeluarkan semua ‘unek-unek,’ pasti mereka sering banget berceloteh. Hidup kita akan lebih berwarna, mungkin kejadian-kejadian seperti diatas nggak akan terjadi lagi, karena mereka berdua sudah melakukan koordinasi.

Ah sudahlah, kenapa berharap hati dan logika bisa berkoordinasi dan mencari jalan tengah? Ini sama saja kita berharap mendapat jawaban dengan bertanya pada rumput atau bahkan anak bayi yang belum bisa bicara sama sekali.

Mungkin ini semua ada tujuannya, ya, kita dipaksa untuk menerima. Ketika kita udah nggak bisa complain ke siapa-siapa, udah nggak tau harus ngomong ke siapa, udah nggak tau harus curhat bahkan marah ke siapa, memang menerima lah jalan yang terbaik.



“menerima itu sulit, tapi terus berharap pada hal yang salah itu lebih sulit.” 


“the more you see it, the more you like it,” – Robert Zajonc


Ketika kita lagi naksir sama orang, kita cenderung ngelakuin hal apapun biar mereka juga naksir balik ke kita. Dari mulai hal-hal wajar sampai kadang-kadang hal bodoh pun kita lakukan. Ya, jatuh cinta memang gampang banget ngalahin akal kok, kadang-kadang. Kita rela begadang cuma buat telfon-telfonan sama orang yang kita suka, kita rela kuota internet habis cuma buat ­kepo-in mereka, and others stupid-sweet thing.

“Run, kamu tidur malem terus sih sekarang, ngapain aja emang itu teh?” tanya ibu di suatu pagi.

“nggak ngapa-ngapain kok, kan tidur siang terus sih, jadi nggak bisa tidur cepet malemnya.” Ucapku berbohong.

Lain ibu, lainnya juga teman-temanku. Nggak jarang mereka ngomentarin timeline Line ku, seolah-olah aku sedang menutupi sesuatu dari mereka, padahal sih nggak.

“tumben kamu nanya-nanya blog lagi, lagi mood ngurus, Ni?” tanya seorang teman SMA yang juga hobi nulis di blog.

“iya nih, lagi nggak ada kerjaan aja.” Jawabku yang nggak sepenuhnya benar ini.

Sebenarnya semua yang aku lakukan akhir-akhir ini adalah hal yang wajar ketika seseorang sedang menyukai lawan jenis, mereka cenderung mencari perhatian dan agar disukai. Bukan manusia saja yang melakukan hal itu, binatang sekalipun akan melakukan hal yang sama. Mereka dengan sendirinya akan mengeluarkan bau-bauan untuk menarik lawan jenisnya, semua itu dilakukan ya semata-mata buat bertahan hidup dan memperbanyak keturunan.

Kita bakal muter otak mikirin apa lagi yang bakal kita lakuin agar dia terkesan, dari mulai mempercantik diri, ngebagus-bagusin diri sendiri, jadi pinter dari sebelumnya, jadi orang baik banget, sampai ikut  tertarik sama apa yang dia omongin.

Di teori Psikologi, ada hukum yang bisa bikin kedua orang saling menyukai, salah satunya yaitu Law of Similarity atau hukum kesamaan, inti dari hukum itu adalah, kedua orang bakalan cepet saling nyaman dan tertarik sama lain ketika mereka memiliki persamaan yang signifikan, contoh sama-sama seneng baca, atau sama-sama seneng musik jazz, dan lain sebagainya. Menurut aku pribadi, Law of Similarity ini bisa jadi akar baik dari suatu hubungan, tapi juga disisi lain bisa jadi boomerang buat hubungan itu sendiri, buat lebih lengkapnya sudah aku bahas di dalam postingan The Differences and Similarities.

Di luar itu semua, ada yang bilang jodoh itu jorok, kita bisa ketemu dimana aja sama mereka, nggak pernah ada yang tahu, bisa aja ternyata jodoh kita adalah tetangga kita sendiri, atau bahkan jodoh kita adalah seseorang di luar negeri yang nggak pernah terbayang oleh kita sebelumnya. Cuma Tuhan yang tau semua jawaban yang mungkin semua orang tanya, “siapa sih jodoh kita?” “pacarku sekarang bakal jadi jodohku nggak ya?” semuanya sudah ditulis dan di rencanakan oleh-Nya, mungkin dalam rencana-Nya termasuk juga sama dua hal tadi. Reaksi alami yang bikin kita cari cara buat orang merhatiin kita dan juga Law of Similarity, proses dimana kita melakukan pendekatan dengan –calon-pasangan–jodoh- kita itu.

Seorang teman ketemu pacar yang sekarang saat sedang patah hati dan nangis karena mantan pacarnya, padahal saat itu dia masih sangat menyayangi (mantan) pacarnya. Teman yang lain terus bertemu dengan mantannya walaupun sudah menjauh sedemikian rupa, dan berjanji nggak bakal ketemu lagi. Teman yang lain lagi menikah dengan orang yang baru dikenalnya selama 3 bulan, padahal sebelumnya dia memiliki hubungan dengan orang lain selama lebih dari 3 tahun dan sudah yakin bahwa dia lah jodohnya.

Ya, jodoh itu jorok dan dari semua kejadian itu aku belajar dua hal. Pertama, di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan, semua itu pasti sudah ada yang rencanain, semua itu pasti ada tujuannya, entah ketemu jodoh, atau ketemu orang yang bakal ngasih pelajaran lain agar kita lebih kuat, atau hal-hal lain yang intinya baik untuk diri kita. Kedua, jodoh kita itu adalah seseorang yang kita butuhkan, bukan hanya sekedar kita inginkan. Jadi, buat yang sekarang lagi pacaran atau naksir orang, silahkan berdoa semoga kalian diciptakan untuk saling membutuhkan, jodoh deh.

Intinya, kita nggak pernah tau apa yang bakal terjadi di waktu yang akan datang, mulut kita nggak bisa dibiarin bicara semaunya, kalau kata orang-orang jangan sompral, karena kita nggak bakal tau apa yang bakal terjadi. 


“God knows everything, we know nothing.” 
  • Older posts →
  • ← Newer Posts

About Me

Movie, Book, Food enthusiasm, Writter (?), Master Studernt, co-founder scriptcathcer.wordress.com.
Labels
  • Bandung
  • Buku
  • Dessert
  • Ice Cream
  • L.I.F.E
  • Lesson
  • Life
  • Marriage
  • Menemukan Indonesia
  • menulis
  • Novel
  • Nuhun Kang Emil.
  • nulisbuku
  • Pandji Pragiwaksono.
  • Pantai Indah Kapuk
  • Pengalaman
  • Project
  • Review
  • Sunsilk Kilau Fest
  • Visit Bandung
  • Wisata kuliner.
  • workshop

Visitors

Popular Posts

  • i was enchanting to meet youuuu~
    lagu ini lagi jadi lagu favorite saya sekarang-sekarang, mungkin karna lyric-nya lagi pas banget sama hati, hahaha. coba dengerin dan resapi...
  • Camellia Shari Ramdhan Pasha
    "We don't meet everyday, not even every months. But I've known you for all my life. Family." Now, I will write a...
  • be your self, no matter what !
    kenapa saya masang 2 gambar diatas? karena dua orang diatas bisa jadi contoh supaya kita bisa mencintai diri kita apa adanya. yang pertama a...
  • "I Called it Life"
    sebenarnya banyak hal yang bisa kita bahas di hidup ini.. apa sebenarnya hidup itu, bagaimana seharusnya kita dan lain sebagainya. buanyaaa...
  • LIFE = WHEELS
    hidup itu kayak roda, kayak bianglala, muter, dinamis, gak jalan di tempat, gak gitu-gitu aja. mungkin isi blog ini gak jauh beda sama isi...
  • korea addict!
    setelah lama gak posting skrg saya mau coba ngebahas yang sebenernya gak 100% saya paham. sekarang hampir di seluruh duniaaaa terutama di In...
  • Selamat Ulang Tahun, Bandung!
    “meskipun kau telah banyak berubah, kau tetap bunga di hati ku” Perasaanku campur aduk melihatmu berkembang dengan pesatnya. ...
  • take a risk!
    hidup itu pilihan, dan pilihan itu pasti punya resiko, apapun! berani melangkah, harus berani juga dengan resiko yang sudah tersenyum manis...
  • it just about time
    sebenernya saya bingung mau nulis apa, hahahahaha. lagi-lagi disini saya mau cerita tentang kehidupan pribadi (maaf ya, hehe) tapi bukannya ...
  • good person, bad reputation.
    saya sempet baca di buku, reputation is everything. kita punya banyak temen, gak punya temen. cepet punya pacar, jomblo terus, disayang guru...

Twitter

Twitter

Instagram

Instagram

Electronic Mail

Electronic Mail

la mia parola

la mia parola

Archive

  • ► 2017 (1)
    • ► January (1)
  • ► 2016 (10)
    • ► December (2)
    • ► November (1)
    • ► September (2)
    • ► August (2)
    • ► May (1)
    • ► April (1)
    • ► March (1)
  • ► 2015 (11)
    • ► November (2)
    • ► October (1)
    • ► September (1)
    • ► August (1)
    • ► May (1)
    • ► April (2)
    • ► March (1)
    • ► February (1)
    • ► January (1)
  • ▼ 2014 (9)
    • ▼ December (3)
      • Ujung Genteng, yang Bener-Bener di Ujung
      • Uang ≠ Kebahagian
      • Existance is Not Existence
    • ► November (2)
      • 23.11.14
      • (Trend) Hijabers
    • ► October (1)
      • Review : Hujan Matahari by Kurniawan Gunadi
    • ► June (1)
      • age is just a number
    • ► March (1)
      • Percakapan Logika dan Hati
    • ► January (1)
      • This is it?
  • ► 2013 (8)
    • ► December (1)
    • ► October (1)
    • ► September (2)
    • ► July (1)
    • ► May (1)
    • ► January (2)
  • ► 2012 (26)
    • ► November (2)
    • ► October (1)
    • ► September (2)
    • ► August (1)
    • ► July (2)
    • ► June (2)
    • ► May (3)
    • ► April (2)
    • ► March (2)
    • ► February (4)
    • ► January (5)
  • ► 2011 (14)
    • ► December (2)
    • ► November (1)
    • ► October (1)
    • ► September (1)
    • ► August (5)
    • ► July (1)
    • ► June (1)
    • ► February (1)
    • ► January (1)
  • ► 2010 (11)
    • ► December (1)
    • ► October (1)
    • ► July (2)
    • ► May (2)
    • ► April (1)
    • ► March (3)
    • ► February (1)
  • ► 2009 (4)
    • ► December (1)
    • ► July (2)
    • ► May (1)

I Called it LIFE

I Called it LIFE

friends

  • Alyssa Soebandono
    8 years ago
  • hot chocolate and mint
    3 weeks ago
  • Oracular Spectacular
    11 years ago
  • RUNI
    8 years ago
  • SCRAPTERRA
    7 years ago
  • Sosial & Budaya
    10 years ago

Followers

RUNI
  • Home
Created by ThemeXpose. All Rights Reserved.