“the more you see it, the more you
like it,” – Robert Zajonc
Ketika
kita lagi naksir sama orang, kita cenderung ngelakuin hal apapun biar mereka
juga naksir balik ke kita. Dari mulai hal-hal wajar sampai kadang-kadang hal
bodoh pun kita lakukan. Ya, jatuh cinta memang gampang banget ngalahin akal
kok, kadang-kadang. Kita rela begadang cuma buat telfon-telfonan sama orang
yang kita suka, kita rela kuota internet habis cuma buat kepo-in mereka, and others
stupid-sweet thing.
“Run,
kamu tidur malem terus sih sekarang, ngapain aja emang itu teh?” tanya ibu di suatu pagi.
“nggak
ngapa-ngapain kok, kan tidur siang terus sih, jadi nggak bisa tidur cepet
malemnya.” Ucapku berbohong.
Lain
ibu, lainnya juga teman-temanku. Nggak jarang mereka ngomentarin timeline Line ku, seolah-olah aku sedang
menutupi sesuatu dari mereka, padahal sih nggak.
“tumben
kamu nanya-nanya blog lagi, lagi mood ngurus,
Ni?” tanya seorang teman SMA yang juga hobi nulis di blog.
“iya
nih, lagi nggak ada kerjaan aja.” Jawabku yang nggak sepenuhnya benar ini.
Sebenarnya
semua yang aku lakukan akhir-akhir ini adalah hal yang wajar ketika seseorang
sedang menyukai lawan jenis, mereka cenderung mencari perhatian dan agar
disukai. Bukan manusia saja yang melakukan hal itu, binatang sekalipun akan
melakukan hal yang sama. Mereka dengan sendirinya akan mengeluarkan bau-bauan
untuk menarik lawan jenisnya, semua itu dilakukan ya semata-mata buat bertahan
hidup dan memperbanyak keturunan.
Kita
bakal muter otak mikirin apa lagi yang bakal kita lakuin agar dia terkesan,
dari mulai mempercantik diri, ngebagus-bagusin diri sendiri, jadi pinter dari
sebelumnya, jadi orang baik banget, sampai ikut
tertarik sama apa yang dia omongin.
Di
teori Psikologi, ada hukum yang bisa bikin kedua orang saling menyukai, salah
satunya yaitu Law of Similarity atau
hukum kesamaan, inti dari hukum itu adalah, kedua orang bakalan cepet saling
nyaman dan tertarik sama lain ketika mereka memiliki persamaan yang signifikan,
contoh sama-sama seneng baca, atau sama-sama seneng musik jazz, dan lain sebagainya. Menurut aku pribadi, Law of Similarity ini bisa jadi akar
baik dari suatu hubungan, tapi juga disisi lain bisa jadi boomerang buat
hubungan itu sendiri, buat lebih lengkapnya sudah aku bahas di dalam postingan The Differences and Similarities.
Di
luar itu semua, ada yang bilang jodoh itu jorok, kita bisa ketemu dimana aja
sama mereka, nggak pernah ada yang tahu, bisa aja ternyata jodoh kita adalah
tetangga kita sendiri, atau bahkan jodoh kita adalah seseorang di luar negeri
yang nggak pernah terbayang oleh kita sebelumnya. Cuma Tuhan yang tau semua
jawaban yang mungkin semua orang tanya, “siapa sih jodoh kita?” “pacarku
sekarang bakal jadi jodohku nggak ya?” semuanya sudah ditulis dan di rencanakan
oleh-Nya, mungkin dalam rencana-Nya termasuk juga sama dua hal tadi. Reaksi
alami yang bikin kita cari cara buat orang merhatiin kita dan juga Law of Similarity, proses dimana kita
melakukan pendekatan dengan –calon-pasangan–jodoh- kita itu.
Seorang
teman ketemu pacar yang sekarang saat sedang patah hati dan nangis karena
mantan pacarnya, padahal saat itu dia masih sangat menyayangi (mantan) pacarnya.
Teman yang lain terus bertemu dengan mantannya walaupun sudah menjauh
sedemikian rupa, dan berjanji nggak bakal ketemu lagi. Teman yang lain lagi
menikah dengan orang yang baru dikenalnya selama 3 bulan, padahal sebelumnya
dia memiliki hubungan dengan orang lain selama lebih dari 3 tahun dan sudah
yakin bahwa dia lah jodohnya.
Ya,
jodoh itu jorok dan dari semua kejadian itu aku belajar dua hal. Pertama, di
dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan, semua itu pasti sudah ada yang
rencanain, semua itu pasti ada tujuannya, entah ketemu jodoh, atau ketemu orang
yang bakal ngasih pelajaran lain agar kita lebih kuat, atau hal-hal lain yang
intinya baik untuk diri kita. Kedua, jodoh kita itu adalah seseorang yang kita
butuhkan, bukan hanya sekedar kita inginkan. Jadi, buat yang sekarang lagi
pacaran atau naksir orang, silahkan berdoa semoga kalian diciptakan untuk
saling membutuhkan, jodoh deh.
Intinya,
kita nggak pernah tau apa yang bakal terjadi di waktu yang akan datang, mulut
kita nggak bisa dibiarin bicara semaunya, kalau kata orang-orang jangan sompral, karena kita nggak bakal tau apa
yang bakal terjadi.
“God knows everything, we know
nothing.”
0 comments